Manusia dan Keindahan
Angga Firmansyah (10315766)
Hubungan Manusia dan Alam Semesta
Manusia adalah
satu-satunya makhluk di alam yang memiliki kapasitas untuk menyandang predikat
khalifah Tuhan di muka bumi. Makhluk dengan kedudukan agung ini akan sangat
merugi jika mencintai dunia secara berlebihan dan melalaikan posisi tingginya
di jagad raya ini. Pada suatu hari, seseorang bertanya kepada Abu Said Abul
Khayr, seorang tokoh sufi Persia, “Dimana engkau mencari Tuhan?” Abu Said menjawab,
“Di tempat mana engkau telah mencari Tuhan dan tidak menemukan-Nya?”
Manusia berusaha
mengenal dirinya dan mengenal alam semesta. Ia ingin lebih tahu siapa dirinya
dan bagaimana alam semesta. Dua jenis pengetahuan ini menentukan evolusi,
kemajuan dan kebahagiaannya. Agama mengajak manusia untuk mengenal dirinya.
Pokok-pokok ajaran agama adalah kenalilah dirimu agar engkau tahu Tuhanmu dan
jangan melupakan Tuhanmu agar kamu tidak lupa akan dirimu. Imam Ali as
mengatakan, “Semoga Allah merahmati manusia yang tahu asal-usulnya, tahu
keberadaan dirinya, dan tahu hendak ke mana dirinya.”
Seorang arif berkata
bahwa maksud dari mencari Tuhan bukanlah engkau menemukannya, tapi engkau harus
menyelamatkan dirimu dari kelalaian dan mengenal dirimu sendiri. Pengenalan
manusia merupakan sebuah jalan untuk mengenal Tuhan dan pada dasarnya, jalan
mengenal Tuhan akan melewati gerbang pengenalan manusia itu sendiri. Imam Ali
as berkata, “Barang siapa mengenal dirinya, maka sungguh dia akan mengenal
Tuhannya”. Dengan kata lain, barang siapa yang telah mengenal dirinya tentang
bagaimana makhluk yang rendah ini bisa menggapai kesempurnaan, maka ia akan
mengenal Tuhannya. Sebab, manusia mengetahui bahwa selain Tuhan Yang Maha
Kuasa, tidak ada makhluk lain yang bisa mengantarkannya dari segumpal mani
menuju kesempurnaan.
Manusia dapat mengenal Tuhan dengan sifat Jamaliyah (keindahan) dan Jalaliyah(Keagungan) dengan cara tafakkur, perenungan,
dan penyelaman terhadap dirinya sendiri. Imam Ali as berkata, “Barang siapa
yang telah mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya dan karena ia telah
mengenal Tuhan, maka ia telah sampai pada ilmu dan pengetahuan tentang seluruh
keberadaan.”
Tujuan utama ilmu
agama dan filsafat adalah mengenal manusia dan alam semesta serta hubungan
keduanya dengan Sang Pencipta. Oleh sebab itu, pengenalan terhadap berbagai
dimensi dan karakteristik manusia akan mendekatkan seseorang pada asal mula
penciptaan dan tujuan dasarnya. Rasul Saw bersabda, “Orang yang paling tahu
tentang dirinya, maka ia adalah orang yang paling mengenal Tuhannya.”
Dikisahkan bahwa seorang sufi berkata kepada sahabatnya demikian, “Wahai Tuhan,
kenalkanlah diri-Mu kepadaku.” Sementara aku berkata, “Wahai Tuhan, kenalilah
aku pada diriku sendiri.”
Hubungan manusia dan
alam semesta merupakan sebuah tema penting filsafat. Dengan kata lain, itu
adalah sebuah masalah yang sangat esensial bagi manusia, dimana ia menyimpan
potensi besar dalam dirinya. Mereka yang mengkaji tema-tema Ilahiyat dan ingin
mengetahui hubungan antara makhluk dan khalik, atau mereka yang ingin mengenal
dirinya sendiri dan juga orang-orang yang ingin mempelajari metode kehidupannya
baik itu dalam dimensi individu, sosial atau bahkan universal, maka mereka akan
berurusan dengan masalah manusia dan alam semesta. Jika masalah ini
terpecahkan, kebanyakan dari problema umat manusia akan terselesaikan.
Menurut kebanyakan
orang, manusia adalah manusia dan alam semesta adalah alam semesta. Padahal,
ada hubungan yang sangat erat dan penuh makna antara manusia dan alam semesta.
Manusia adalah satu-satunya makhluk hidup yang memiliki ikatan abadi dengan
seluruh dimensi alam. Seluruh bagian dan gerakan di alam memiliki hubungan satu
dengan yang lain. Ada ikatan erat antara karakteristik dan fenomena-fenomena di
alam ini.
Segala sesuatu
memiliki sebuah tampilan eksternal dan juga dimensi internal. Mungkin saja
sesuatu terlihat kecil secara lahiriyah, tapi dari segi batin sangat besar atau
sebaliknya yaitu, mungkin saja sesuatu tampak besar secara lahiriyah, namun
dari segi batin sangat kecil. Alam penciptaan juga seperti itu. Alam secara
lahir tampak besar dan agung, tapi pada dasarnya adalah kecil dan mungil dari
segi batin. Sementara manusia terlihat kecil dari sisi lahiriyah, namun pada
dasarnya adalah besar dan luar biasa. Imam Ali as berkata, “Apakah kalian
mengira bahwa kalian hanya tubuh kecil ini, padahal kalian adalah alam yang
sangat besar.”
Pada kenyataannya,
manusia adalah model eksklusif dari seluruh makhluk hidup dan bahkan dapat
disimpulkan bahwa jejak dan tanda-tanda dari seluruh makhluk di alam semesta
ada dalam diri manusia. Segala sesuatu yang ada di alam, pada dasarnya juga
terdapat dalam diri manusia. Oleh karena itu, jika kita mengamati diri dan alam
sekitar dengan seksama, maka kita akan menemukan sebuah hubungan yang rumit
antara diri kita dan segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Seorang filosof
Muslim, Mulla Shadra mengatakan, “Manusia sempurna adalah manusia yang
menyelaraskan dirinya dengan seluruh ketentuan-ketentuan Ilahi.”
Kenyataan bahwa semua
makhluk, dengan segala keterbatasan, merupakan tanda-tanda akan kesucian,
keindahan, ilmu pengetahuan, hidup, dan kesempurnaan lainnya dari Tuhan.
Seluruh makhluk tanpa terkecuali, diharuskan untuk memuji dan mengagungkan
Tuhan, dan berdasarkan hal tersebut, Mulla Sadra percaya bahwa semua atribut
kesempurnaan seperti hidup dan pengetahuan, beredar pada semua makhluk di
seluruh alam raya.
Setiap wujud di alam
ini pada level keberadaan manapun, memiliki semua sifat kesempurnaan. Setiap
wujud memiliki kehidupan, pengetahuan, kekuatan, kasih sayang, cinta? sesuai
dengan kadar keberadaannya. Sifat-sifat kesempurnaan mengalir di segenap
makhluk alam ini baik yang material maupun yang tidak. Sebagai bentuk ciptaan
Tuhan yang paling sempurna, manusia mengemban amanah yang berat dan tanggung
jawab yang besar yang tidak dapat diterima makhluk lain. Manusia adalah
perantara antara Pencipta dan makhluk lain mulai dari yang teratas (Tuhan) ke
yang terbawah dari seluruh ciptaan-Nya.
Melalui manusialah
kesempurnaan dan rahmat turun ke bumi; dalam perjalanan menuju Tuhan, melalui
manusialah seluruh alam raya dapat menggapai Tuhan; dengan kata lain, manusia
adalah penjaga alam, pemelihara, dan penyebab kehidupan di dalamnya.
Bagaimanapun juga, sangat menarik bahwa manusia yang sama juga mencari bantuan
dari alam dalam pendakiannya dan pergerakan ke atas menuju Tuhan;
kesempurnaanya tidak mungkin tanpa alam dan isinya.(IRIB Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar