MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Disusun Oleh, Angga Firmansyah (10315766)
1TA03
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Gunadarma
Pengertian Hakikat Manusia
Hakikat manusia adalah peran ataupun fungsi
yang harus dijalankan oleh setiap manusia. Kata manusia berasal dari kata ”
manu ” dari bahasa Sanksekerta atau ” mens ” dari bahasa Latin yang berarti
berpikir, berakal budi, atau bisa juga dikatakan ” homo ” yang juga berasal
dari bahasa Latin. Hal yang paling penting dalam membedakan manusia dengan
makhluk lainnya adalah dapat dikatakan bahwa manusia dilengkapi dengan akal,
pikiran, perasaan dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya di dunia.
Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki derajat paling
tinggi di antara ciptaan yang lain.
Pada dasarnya manusia diciptakan oleh Tuhan
Yang Maha Esa dengan kedudukan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Berikut penjelasan yang lebih rinci mengenai makhluk individu dan makhluk
sosial.
·
Pengertian Manusia
Sebagai Makhluk Individu
Manusia sebagai makhluk
individu mempunyai sifat-sifat individu khas yang berbeda
dengan manusia lainnya.
Manusia berbeda dengan manusia lainnya. Manusia sebagai
individu bersifat nyata, yaitu
mereka berupaya untuk selalu merealisasikan kepenti
ngan, kebutuhan, dan potensi
pribadi yang dimilikinya. Hal tersebut akan terus me
nerus berkembang menyesuaikan
dengan perkembangan kehidupan yang dialaminya
dan pertumbuhan yang ada pada
dirinya. Setiap manusia senantiasa akan berusaha
mengembangkan kemampuan
pribadinya guna memenuhi berbagai kebutuhan dan
mempertahankan hidupnya
·
Pengertian Manusia
Sebagai Makhluk Sosial
Manusia pada hakikatnya adalah
makhluk sosial, artinya makhluk yang tidak dapat hi
dup tanpa bantuan orang lain. Setiap
manusia normal memerlukan orang lain dan hi
dup bersama-sama dengan orang lain
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kenyata
an ini sesuai dengan pendapat
Aristoteles, menyatakan bahwa manusia adalah zoom
politicon, yang berarti selain
sebagai makhluk individu.
manusia juga termasuk dalam makhluk sosial yang harus
berinteraksi dengan manusia lain. Pada zaman purba, ketika kebutuhannya belum
lengkap. Manusia sering memenuhi kebutuhannya dengan membuat dan mencari
sendiri. Namun dengan semakin meningkat kebutuhan hidupnya, manusia membutuhkan
orang lain untuk mendukung kehidupannya. Pada perkembangan secara lebih luas
dan kompleks, manusia membutuhkan tata masyarakat, lembaga-lembaga sosial, dan
juga membutuhkan negara.
Kepribadian Bangsa Timur
Kepribadian diartikan sebagai suatu
pola sikap yang mencerminkan sifat atau karakter seseorang dengan
lingkungannya. Kepribadian bangsa timur dapat diartikan sebagai suatu sikap
yang dimiliki oleh suatu negara yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik
terhadap lingkungannya. Kepribadian bangsa timur pada umumnya merupakan
kepribadian yang mempunyai sifat tepo seliro atau memiliki sifat toleransi yang
tinggi. Dalam berdemokrasi bangsa timur umumnya aktif dalam mengutarakan
aspirasi rakyat. Seperti di negara Korea, dalam berdemokrasi mereka duduk
sambil memegang poster protes dan di Negara Thailand, mereka berdemokrasi
dengan tertib dan damai.
Kepribadian bangsa timur juga
identik dengan tutur kata yang lemah lembut dan sopan dalam bergaul maupun
dalam berpakaian. Terdapat ciri khas dalam berbagai negara yang mencerminkan
negara tersebut memiliki suatu kepribadian yang unik. Misalnya masyarakat
Indonesia khususnya daerah Jawa. Sebagian besar mereka bertutur kata dengan
lembut dan sopan. Dan terdapat beberapa aturan atau larangan yang tidak boleh
dilakukan menurut versi orang dulu yang sebenarnya menurut orang Jawa itu suatu
nasihat yang membangun. Misalnya tidak boleh duduk di depan pintu. Hal tersebut
merupakan ciri khas kepribadian yang unik.
Bangsa timur erat kaitannya
dengan rasa sosialisasi dan rasa solidaritas yang tinggi. Misalnya saling
tolong menolong dan bergotong royong yang dilakukan bersama-sama. Hal tersebut
bagi bangsa timur merupakan suatu sikap yang bertujuan untuk mempererat tali
persaudaraan. Bangsa timur juga memiliki kebudayaan yang masih kental dari
negara atau daerah masing-masing. Masih ada adat-adat atau upacara tertentu
yang masih dilaksanakan oleh bangsa timur.
Misalnya bangsa Indonesia masih
banyak yang melaksanakan upacara-upacara adat dan tarian khas dari
masing-masing daerah. Contohnya daerah Bali yang masih melaksanakan tarian khas
daerahnya yaitu tarian pendet, kecak, tarian barong. Terbuka dengan negara lain
merupakan salah satu kepribadian yang dimilki oleh bangsa timur.
Pengertian, Unsur, dan Faktor Perubahan Kebudayaan
Pengertian Kebudayaan
Secara etimologis kebudayaan berasal dari
bahasa Sansekerta “budhayah”, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi
atau akal. Sedangkan ahli antropologi yang memberikan definisi tentang
kebudayaan secara sistematis dan ilmiah adalah E.B. Tylor dalam buku yang
berjudul “Primitive Culture”, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang
di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan lain, serta kebiasaan yang didapat
manusia sebagai anggota masyarakat. Pada sisi yang agak berbeda.
Koentjaraningrat mendefinisikan
kebudayaan sebagai keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang
teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkanya dengan belajar dan yang
semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Dari beberapa pengertian tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara
belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupanan masyarakat.
Secara lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan
dihasilkan manusia, yang melipu
ti :
·
Kebudayaan materiil
(bersifat jasmaniah), yang meliputi benda-benda ciptaan
manusia, misalnya kendaraan, alat
rumah tangga, dan lain-lain.
·
Kebudayaan non-materiil
(bersifat rohaniah), yaitu semua hal yang tidak
dapat dilihat dan diraba, misalnya
agama, bahasa, ilmu pengetahuan, dan
sebagainya
2. Kebudayaan itu tidak diwariskan secara generatif (biologis),
melainkan hanya mungkin
diperoleh dengan cara belajar.
3. Kebudayaan diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Tanpa masyarakan kemung
kinannya sangat kecil
untuk membentuk kebudayaan. Sebaliknya, tanpa kebudayaan
tidak mungkin manusia dapat mempertahankan
kehidupannya.
Unsur Kebudayaan
Koentjaraningrat (1985) menyebutkan ada tujuh unsur-unsur
kebudayaan. Ia menyebutnya sebagai isi pokok kebudayaan. Ketujuh unsur
kebudayaan universal tersebut adalah :
1. Kesenian
2. Sistem teknologi dan peralatan
3. Sistem organisasi masyarakat
4. Bahasa
5. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi
6. Sistem pengetahuan
7. Sistem religi
Pada jaman modern seperti ini budaya asli negara kita memang
sudah mulai memudar, faktor dari budaya luar memang sangat mempengaruhi
pertumbuhan kehidupan di negara kita ini. Contohnya saja anak muda jaman
sekarang, mereka sangat antusias dan up to date untuk mengetahui juga mengikuti
perkembangan kehidupan budaya luar negeri. Sebenarnya bukan hanya orang-orang
tua saja yang harus mengenalkan dan melestarikan kebudayaan asli negara kita
tetapi juga para anak muda harus senang dan mencintai kebudayaan asli negara
sendiri. Banyak faktor juga yang menjelaskan soal 7 unsur budaya universal
yaitu :
1. Kesenian
Setelah memenuhi kebutuhan fisik manusia juga
memerlukan sesuatu yang dapat me
menuhi kebutuhan psikis mereka. sehingga lahirlah
kesenian yang dapat memuaskan.
2. Sistem teknologi dan peralatan
Sistem yang timbul karena manusia mampu
menciptakan barang – barang dan sesuatu
yang baru agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan
membedakan manusia dengan
makhluk hidup yang lain.
3. Sistem organisasi masyarakat
Sistem yang muncul karena kesadaran manusia bahwa
meskipun diciptakan sebagai
makhluk yang paling sempurna namun tetap memiliki
kelemahan dan kelebihan masing
masing antar individu sehingga timbul rasa utuk
berorganisasi dan bersatu.
4. Bahasa
Sesuatu yang berawal dari hanya sebuah kode, tulisan
hingga berubah sebagai lisan un
tuk mempermudah komunikasi antar sesama manusia. Bahkan
sudah ada bahasa yang
dijadikan bahasa universal seperti bahasa Inggris.
5. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi
Sistem yang timbul karena manusia mampu
menciptakan barang – barang dan sesuatu
yang baru agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan
membedakan manusia dengam
makhluk hidup yang lain.
6. Sistem pengetahuan
Sistem yang terlahir karena setiap manusia
memiliki akal dan pikiran yang berbeda se
hingga memunculkan dan mendapatkan sesuatu yang
berbeda pula, sehingga perlu di
sampaikan agar yang lain juga mengerti.
7. Sistem religi
Kepercayaan manusia terhadap adanya Sang Maha
Pencipta yang muncul karena
kesadaran bahwa ada zat yang lebih dan Maha Kuasa.
Faktor Perubahan
Kebudayaan
Pengertian
perubahan kebudayaan sendiri adalah adanya ketidak sesuaian di an-
tara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda, sehingga
terjadilah keadaan yang ti- dak sesuai dengan fungsinya bagi kehidupan.
Perubahan kebudayaan yang terjadi
dalam suatu bangsa tidak luput dari faktor-faktor yang mempengaruhi. Menurut
Soerjono Soekanto faktor-faktor tersebut terbagi m- enjadi 2, yaitu faktor
intern dan faktor ekstern.
1.
Faktor intern
merupakan faktor yang berasal dari masyarakat itu sendiri yang menyebabkan
perubahan kebudayaan, yang diantaranya
·
Perubahan penduduk, seperti: Kelahiran, Kematian, dan Migrasi.
·
Adanya
penemuan baru, seperti: Adanya ide atau alat baru yang sebelumnya
belum pernah ada
(Discovery), Penyempurnaan penemuan baru (Invention), dan p-
roses pembaharuan atau
melengkapi atau mengganti yang telah ada (Innovation).
·
Konflik yang terjadi
di dalam masyarakat. Konflik dapat merubah kepribadian orang-orang yang
terlibat di dalamnya, misalnya menjadi pendiam, murung, tidak mau bergaul, atau
bahkan berusaha memperbaiki keadaan tersebut supaya menjadi lebih baik.
·
Pemberontakan atau
revolusi. Hal ini menyebabkan perubahan pada struktur pemerintahan pada suatu
negara.
2. Faktor ekstern merupakan faktor yang
berasal dari luar masyarakat melalui interak
si sosial yang mendorong terjadinya
suatu perubahan kebudayaan, yang diantaranya:
·
Peperangan. Hal ini
dapat menyebabkan perubahan yang mendasar pada suatu negara baik seluruh wujud
budaya
·
Perubahan alam. Pada
zaman sekarang sebagian besar hal ini disebabkan oleh tindakan manusia sendiri
yang menyebabkan kerusakan alam, seperti mebuang sampah sembarangan, penebangan
liar, pembangunan terus menerus di lahan pertanian, dan masih banyak lagi. Hal
ini dapat merugikan manusia sendiri seperti kehilangan keluarga, tempat
tinggal, harta benda, dan sarana umum lainnya.
·
Pengaruh budaya lain,
seperti: Penyebaran kebudayaan (Difusi), Pembauran antar budaya yang masih
terlihat masing-masing sifat khasnya (Akulturasi), dan budaya yang lama sama
sekali (Asimilasi).
Hubungan Manusia dengan Kebudayaan
Secara sederhana hubungan antara
manusia dengan kebudayaan ketika manusia sebagai perilaku kebudayaan,dan
kebudayaan tersebut merupakan objek yang dilaksanakan sehari-hari oleh manusia
Di dunia sosiologi manusia
dengan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksud- nya walaupun keduanya
berbeda tetapi merupakan satu kesatuan yang butuh,ketika manusia menciptakan
kebudayaan,dan kebudayaan itu tercipta oleh manusia. Contoh-Contoh Hubungan
Antara Manusia dengan Kebudayaan :
1. Kebudayaan-kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan
Contoh: Adat-istiadat melamar di Lampung dan
Minangkabau. Di Minangkabau biasa
nya pihak permpuan yang melamar sedangkan di
Lampung, pihak laki-laki yang
melamar.
2. Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda ( urban dan rural
ways of life)
Contoh: Perbedaan anak yang dibesarkan di kota
dengan seorang anak yang di besar
kan di desa. Anak kota bersikap lebih terbuka dan
berani untuk menonjolkan diri
di antara teman-temannya sedangkan seorang anak
desa lebih mempunyai sikap
percaya pada diri sendiri dan sikap menilai (
sense of value ).
3. Kebudayaan-kebudayaan khusus kelas sosial
Di masyarakat dapat dijumpai lapisan sosial yang
kita kenal, ada lapisan sosial tinggi,
rendah dan menengah.
4. Kebudayaan khusus atas dasar agama
Adanya berbagai masalah di dalam satu agama pun
melahirkan kepribadian yang
berbeda-beda di kalangan umatnya.
5. Kebudayaan berdasarkan profesi
Misalnya: kepribadian seorang dokter berbeda
dengan kepribadian seorang pengacara
dan itu semua berpengaruh pada suasana
kekeluargaan dan cara mereka bergaul.
Wujud Kebudayaan
Wujud kebudayaan dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu:
1. Wujud Gagasan
Budaya dalam wujud gagasan/ide ini bersifat
abstrak dan tempatnya ada dalam alam
pikiran tiap warga pendukung budaya yang
bersangkutan sehingga tidak dapat diraba
atau difoto. Sistem gagasan yang telah dipelajari
oleh setiap warga pendukung budaya
sejak dini sangat menentukan sifat dan cara
berpikir serta tingkah laku warga pendu-
kung budaya tersebut. Gagasan-gagasan inilah yang
akhirnya menghasilkan berbagai
berbagai hasil karya manusia berdasarkan sistem
nilai, cara berfikir dan pola tingkah
laku. Wujud budaya dalam bentuk sistem gagasan ini
biasa juga disebut sistem nilai
budaya.
2. Wujud Perilaku (Aktivitas)
Budaya dalam wujud perilaku berpola menurut
ide/gagasan yang ada. Wujud perilaku
ini bersifat konkrit dapat dilihat dan
didokumentasikan (difoto dan difilm).
Contoh: Petani sedang bekerja di sawah, orang
sedang menari dengan lemah gemulai,
orang sedang berbicara dan lain-lain.
Masing-masing aktivitas tersebut berada dalam
satu sistem tindakan dan tingkah laku.
3. Wujud Benda Hasil Budaya
Semua benda hasil karya manusia tersebut bersifat
konkrit, dapat diraba dan difoto.
Kebudayaan dalam wujud konkrit ini disebut
kebudayaan fisik.
Contoh: bangunan bangunan megah seperti piramida,
tembok cina, menhir, alat rumah
tangga seperti kapak
Orientasi Nilai Budaya
Kluckhohn dalam Pelly (1994) mengemukakan
bahwa nilai budaya merupakan sebuah konsep beruanglingkup luas yang hidup dalam
alam fikiran sebahagian besar warga suatu masyarakat, mengenai apa yang paling
berharga dalam hidup. Rangkaian konsep itu satu sama lain saling berkaitan dan
merupakan sebuah sistem nilai – nilai budaya.
Secara fungsional sistem nilai
ini mendorong individu untuk berperilaku seperti apa yang ditentukan. Mereka
percaya, bahwa hanya dengan berperilaku seperti itu mereka akan berhasil (Kahl,
dalam Pelly:1994). Sistem nilai itu menjadi pedoman yang melekat erat secara
emosional pada diri seseorang atau sekumpulan orang, malah merupakan tujuan
hidup yang diperjuangkan. Oleh karena itu, merubah sistem nilai manusia
tidaklah mudah, dibutuhkan waktu. Sebab, nilai – nilai tersebut merupakan wujud
ideal dari lingkungan sosialnya. Dapat pula dikatakan bahwa sistem nilai budaya
suatu masyarakat merupakan wujud konsepsional dari kebudayaan mereka, yang
seolah – olah berada diluar dan di atas para individu warga masyarakat itu.
Ada lima masalah pokok kehidupan
manusia dalam setiap kebudayaan yang dapat ditemukan secara universal. Menurut
Kluckhohn dalam Pelly (1994) kelima masalah pokok tersebut adalah: (1) masalah
hakekat hidup, (2) hakekat kerja atau karya manusia, (3) hakekat kedudukan
manusia dalam ruang dan waktu, (4) hakekat hubungan manusia dengan alam
sekitar, dan (5) hakekat dari hubungan manusia dengan manusia sesamanya.
Pola orientasi nilai budaya yang
hitam putih tersebut di atas merupakan pola yang ideal untuk masing – masing
pihak. Dalam kenyataannya terdapat nuansa atau variasi antara kedua pola yang
ekstrim itu yang dapat disebut sebagai pola transisional. Kerangka Kluckhohn
mengenai lima masalah dasar dalam hidup yang menentukan orientasi nilai budaya
manusia dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Skema Kluckhohn: Lima Masalah Dasar Yang Menentukan
Orientasi Nilai Budaya
Manusia
Masalah Dasar Dalam Hidup
|
Orientasi Nilai Budaya
|
||
Konservatif
|
Transisi
|
Progresif
|
|
Hakekat Hidup
|
Hidup itu buruk
|
Hidup itu baik
|
Hidup itu sukar tetapi harus
diperjuangkan
|
Hakekat Kerja/karya
|
Kelangsungan hidup
|
Kedudukan dan kehormatan /
prestise
|
Mempertinggi prestise
|
Hubungan Manusia Dengan Waktu
|
Orientasi ke masa lalu
|
Orientasi ke masa kini
|
Orientasi ke masa depan
|
Hubungan Manusia Dengan Alam
|
Tunduk kepada alam
|
Selaras dengan alam
|
Menguasai alam
|
Hubungan Manusia Dengan Sesamanya
|
Vertikal
|
Horizontal/ kolekial
|
Individual/mandiri
|
*) Dimodifikasi dari Pelly (1994:104)
Meskipun cara mengkonsepsikan lima
masalah pokok dalam kehidupan manusia yang universal itu sebagaimana yang
tersebut diatas berbeda – beda untuk tiap masyarakat dan kebudayaan, namun
dalam tiap lingkungan masyarakat dan kebudayaan tersebut lima hal tersebut di
atas selalu ada.
Sementara itu Koentjaraningrat telah menerapkan
kerangka Kluckhohn di atas untuk menganalisis masalah nilai budaya bangsa
Indonesia, dan menunjukkan titik – titik kelemahan dari kebudayaan Indonesia
yang menghambat pembangunan nasional. Kelemahan utama antara lain mentalitas
meremehkan mutu, mentalitas suka menerabas, sifat tidak percaya kepada diri
sendiri, sifat tidak berdisiplin murni, mentalitas suka mengabaikan
tanggungjawab.
Kerangka Kluckhohn itu juga telah dipergunakan
dalam penelitian dengan kuesioner untuk mengetahui secara objektif cara
berfikir dan bertindak suku – suku di Indonesia umumnya yang menguntungkan dan
merugikan pembangunan.
Selain itu juga, penelitian variasi orientasi
nilai budaya tersebut dimaksudkan disamping untuk mendapatkan gambaran sistem
nilai budaya kelompok – kelompok etnik di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar